Review Satu Hari Nanti

Pertaruhan Cinta Tanpa Komitmen

Produksi     : Evergreen Pictures dan Rumah Film
Penulis        : Salman Aristo
Sutradara   : Salman Aristo
Jenis Film   : Drama

Sinopsis      :
Diceritakan di film ini tentang sepasang kekasih, Alya (Adinia Wirasti) dan Bima (Deva Mahendra), penduduk asli Indonesia yang telah lama tinggal bersama di Swiss untuk mengejar impiannya masing-masing. Kisah percintaan mereka yang rumit, akhirnya melibatkan Chorina (Ayushita) dan Din (Ringgo Agus Rahman) sebagai sahabat mereka untuk masuk lebih dalam ke kehidupan mereka.

Berawal dari perayaan anniversary Alya dan Bima yang seharusnya romantis, berubah menjadi suatu masalah. Bima tertarik dengan kehadiran Chorina yang selalu muncul di tengah masalahnya dengan Alya, dan Alya yang juga tak bisa menolak kehadiran Din yang selalu berusaha mengerti segala sesuatu tentangnya. Mereka bertukar pasangan, hingga mereka mencoba meraih kebahagiaan, tetapi juga saling menyakiti. Akan tetapi, sesuatu akhirnya membuat mereka sadar. Sesuatu yang membuat mereka kian dewasa.

Review Film  :
Waktu awal melihat poster filmnya, saya suka karena menggunakan latar luar negeri, yang belum saya tahu itu di mana. Baca selebihnya »

Review Posesif

Sebuah Cinta Berbahaya

Produksi   : Palari Films
Penulis      : Ginatri S. Noer
Sutradara : Edwin
Jenis Film : Drama

Sinopsis    :
Bercerita tentang seorang atlet loncat indah bernama Lala (Putri Marino) yang bertemu dengan cinta pertamanya, Yudhis (Adipati Dolken). Yudhis adalah anak baru di sekolah Lala. Warna di hidup Lala berubah semuanya, tidak lagi hanya sekolah dan kolam renang. Tapi kini ada Yudhis yang setia menemani hari-harinya.

Yudhis membuat Lala percaya bahwa melakukan hal yang menyenangkan adalah kunci dalam kebahagiaan hidup seseorang. Yudhis pula yang membuat Lala berjanji untuk setia, namun nyatanya, ia terjebak dengan Yudhis yang rumit dan berbahaya.

Kenyataannya, cinta tak seindah yang dibayangkan Lala. Tak seindah lompatan indahnya.

Review Film :
Posesif. Hm, judulnya sudah berat. Berat bagi yang sudah pernah merasakannya, itu pasti. Posesif itu sendiri apa sih sebenarnya? Baca selebihnya »

Murder On The Orient Express

Murder On The Orient Express

Produksi   : 20th Century Fox
Penulis      : Michael Green
Sutradara : Kenneth Brannagh
Jenis Film : Kriminal, Drama, Misteri

Sinopsis    :
Tentang perjalanan seorang detektif ternama, Hercule Poirot, yang sedang ingin beristirahat dari berbagai kasus yang harus ditanganinya. Perjalanannya untuk melintasi benua Eropa dengan sebuah kereta mewah ‘Orient Express’ menjadi pilihannya. Akan tetapi, rencananya gagal seketika karena terjadinya pembunuhan pada salah satu penumpang di kereta itu. Penumpang itu adalah Samuel Ratchett, di mana satu hari sebelum ia tewas, ia sempat meminta tolong kepada Poirot.

Hercule Poirot pun dituntut untuk kembali menangani kasus dalam kereta tersebut, yang akhirnya melibatkan sejumlah penumpang yang menjadi tersangka pembunuhan. Ia harus berpacu dengan waktu untuk memecahkan kasus tersebut sebelum terjadi pembunuhan berikutnya.

Review Film
Sebelumnya, saya gatel sih mau bilang kalau film ini tuh keren! KEREN! Super Cool…! Tapi, ini pendapat pribadi saya, tidak tahu dengan kalian. Karena setiap kepala itu memiliki pendapat yang berbeda. Betul?  Oke, lalu kenapa sih saya bisa bilang film ini keren? Karena memang saya menyukai jenis cerita seperti ini untuk dibaca atau ditonton. Sebuah misteri tentang pembunuhan, yang pastinya akan memacu otak untuk berpikir dan terus mencari siapa pembunuh sebenarnya.

Nah, sekedar info, film ini diangkat dari buku Best Seller milik Agatha Christie dengan judul yang sama, yang sebelumnya juga sudah pernah difilmkan pada tahun 1974, dan meraih kesuksesan. Sepertinya di tahun 2017 ini, film ini juga akan mengulang kembali kesuksesannya. Karena saya belum membaca bukunya, maka saya akan benar-benar menjadi orang awam tentang cerita dalam film ini. Saya tidak akan bisa membandingkan antara film dan cerita dalam bukunya bagaimana.

Film ini diperankan oleh Kenneth Branagh sebagai Detektif Hercule Poirot, di mana ia juga menjadi sutradaranya. Pada awal cerita, Poirot diperkenalkan sebagai seorang detektif ternama yang sudah menangani banyak kasus dan satu-satunya detektif yang dicari untuk memecahkan kasus besar di negara lain. Poirot adalah detektif cerdas dan terbilang perfectionis. Diibaratkan, Poirot dapat menganalisa sebuah kasus tanpa butuh waktu lama. Hanya sekali pandang, ia akan tahu siapa pelakunya. Tingkat analisanya terhadap sesuatu itu sungguh istimewa, mungkin karena hal itu, ia pun dibutuhkan di intelegensi negara. Itu yang saya tangkap pada bagian awal cerita.

Saya sangat menyukai film yang berbau penyelidikan, seperti FBI, CIA, CSI dan lain sebagainya. Saya suka tentang bagaimana cara mereka mengumpulkan barang bukti, menginterogasi para tersangka, dan kemudian menyimpulkan siapa pembunuhnya. Saya menyukai bagaimana cerita itu mengalir dan mengungkapkan cara mereka menemukan si pembunuh. Akan tetapi, pada film ini berbeda. Melihat gaya Poirot di sini, rasanya saya justru jatuh cinta olehnya, bukan dengan bagaimana dia melakukan penyelidikan. Fokus saya sepenuhnya benar-benar untuk Poirot, si detektif dengan kumis panjang yang setengah melingkar.

Menurut saya, penyelidikan dan interogasi kepada para tersangka yang dilakukan itu terlalu singkat dan sederhana. Detail informasi yang didapat, saya rasa tidak terlalu banyak sebetulnya. Mungkin karena memang di sini, peran si Poirot dengan kemampuan analisanya yang cerdas itu adalah yang menjadi fokusnya. Atau mungkin juga karena dikejar oleh waktu yang mepet juga, takut akan ada pembunuhan berikutnya, akhirnya penyelidikan hanya seadanya. Ya, kedua kemungkinan itu bisa saja. Tapi, meskipun begitu tidak mengurangi ketertarikan saya sedikit pun terhadap film ini. Saya tetap menyukainya.

Kasus ini lebih banyak terungkap dari barang bukti yang tertinggal. Pernyataan para tersangka hanyalah pelengkap dari pemecahan kasus. Cerita ini mengalir sebagaimana mestinya. Alurnya tidak terlalu berbelit juga sih, bahkan kita dibuat berpikir keras tentang siapa pembunuh aslinya. Karena memang semua penumpang memiliki kemungkinan itu. Tidak hanya kita yang orang awam, yang bukan detektifnya, merasa kebingungan menentukan pelakunya, tetapi Poirot pun begitu. Ia merasa bahwa ini adalah kasus terberat yang sulit dipecahkan olehnya.

Di tengah kasus yang terasa rumit ini, mata kita akan disegarkan sedikit dengan pemandangan gunung salju yang menjadi rute Orient Express. Pengambilan gambar yang apik membuat saya semakin menyukai film ini. Terpesona lebih tepatnya. Di kereta yang sempit itu, rasanya bisa membuat penasaran penonton juga bagaimana bisa mereka mengambil gambar sebaik itu. Nuansa di ‘masa jadul’ itu pun cukup ngena bagi saya, karena saya bukan orang yang menyukai film dengan nuansa jadul. Tapi, saya akui kalau saya menyukainya. Rasanya sayang sekali jika sampai melewatkan adegan demi adegan, karena saya pikir tidak ada kesempatan bagi kita untuk beristirahat demi mengungkap kebenaran.

Tetapi sebuah kejahatan tidak akan selamanya bisa tertutupi. Serapi apapun disembunyikan, akan ada jalan untuk terungkap. Dan bagi seorang Poirot, meskipun kasus ini adalah yang terberat sekalipun, tidak mungkin tidak menemukan jalan keluarnya. Sebuah lubang kecil yang tidak terlihat oleh orang lain atau bahkan tidak dianggap sama sekali, baginya adalah celah untuk menemukan kebenaran.

Bagi kalian penikmat film misteri dan criminal seperti ini, rasanya sangat sayang kalau tidak menonton. Kalian akan merasakan sensasi menjadi detektif, dan berpikir layaknya seorang detektif, hingga kalian merasa penasaran sendiri untuk menentukan pembunuhnya.

Trailer : Official Trailer Murder On The Orient Express

“Carilah sebuah kesalahan kecil untuk menemukan kebenaran yang besar.” – Afreya Leisa

Sumber Gambar : Google
Sumber Video     : Youtube

Baca selebihnya »

Memories Of You (2017)

Memories Of You

ISBN         : 978-602-6567-07-9
Penerbit  : Ellunar Publisher
Penulis     : Afreya Leisa, Dewi Swiss, dkk
Halaman : 345
Harga       : Rp 70.000,-
Sinopsis   :
Kamu memiliki arti yang luar biasa dalam hidupku. Di mana kita dipertemukan tanpa tahu waktu dan tempatnya. Kita bertemu dalam persimpangan jalan yang akhirnya membawa kita pada apa yang dinamakan cinta. Menyiratkan begitu banyak perih, namun juga kebahagiaan. Bila harus perpisahan yang dijalani, kita akan tetap menemukan kebahagiaan pada waktu dan tempat yang tak terduga. Dan kamu adalah satu-satunya alasanku untuk tetap mempelajari apa itu makna cinta. Karena kamu adalah jawaban dari cintaku.
***
Bukan berarti tidak saling mengenal, kemudian dikatakan bahwa dia bukan jodoh kita. Tuhan selalu mempunyai cara sendiri untuk mempersatukan dua insan yang terpisah. Ali dan Prilly yang tidak saling mengenal, bertemu pada suatu kesempatan, di mana mereka menciptakan sesuatu bernama kenangan.
Waktu yang terasa berharga, detik yang hanya ingin adanya kebersamaan, dan helaan napas yang melukis kenangan, menjadi pro-kontra pada bumbu kehidupan di mana akan menghasilkan sebuah cerita tak ternilai.
Percayalah pada Tuhan bahwa kebahagiaan itu tidak selalu tentang rasa sakit. Terkadang rasa sakit itu sendiri selalu berakhir dengan kenikmatan tiada tara. Bagi seseorang yang menghormati cinta, maka cinta adalah surga baginya, seperti Ali dan Prilly yang tidak memandang rendah cinta yang ada.
.
.
.
Asal Mula :
Buku ini berasal dari hasil Lomba Menulis Cerpen Echa. Saya sendiri yang mengadakan lomba ini untuk memberikan kesempatan kepada para fans dari Ali-Prilly agar dapat menunjukkan kemampuannya dalam berkarya. Saya bersama partner menulis saya, Dewi Swis, berniat memberikan karya ini kepada kedua public figure yang menjadi idola kami. Hasil karya yang diperoleh dari kecintaan mereka terhadap Ali-Prilly. Lomba ini diadakan pada pertengahan 2015 lalu, hanya saja baru diterbitkan pada 2017 dikarenakan proses editing yang butuh waktu lama.

Buku Memories Of You ini terdiri dari 10 Cerita dari beberapa cerita pendek yang masuk mengikuti lomba, ditambah dengan cerita pendek dari saya dan Dewi Swis juga. Diceritakan dalam buku ini tentang kesedihan karena ditinggalkan hingga kebahagiaan karena telah menemukan jalan cintanya.

Tujuan lain dari buku ini dicetak adalah agar APL (Ali Prilly Lovers) dapat menjadi suatu kebanggaan bagi Aliando dan Prilly. Tidak mudah bagi kami menghadapi para haters yang tidak menyukai keberadaan kami. Oleh karena itu, hanya karya yang dapat dibanggakan APL untuk Aliando dan Prilly. Harapan dari dicetaknya kumpulan cerpen ini adalah agar pembaca dapat menerima hasil karya dari APL, yang tidak hanya bisa berkoar. Kami bukan hanya sebuah hinaan, tapi kami adalah sebagian kebanggaan bagi Ali-Prilly. Kami ingin membungkam banyaknya orang yang menghina couple kami itu dengan banyaknya karya, bukan banyaknya hinaan yang keluar untuk para haters.

Give Me Your Love (2016)

Give Me Your Love

ISBN         : 978-602-60500-1-4
Penerbit  : Rafferty Publisher
Penulis     : Afreya Leisa
Halaman : 427
Harga       : Rp 68.000,-
Sinopsis :
Cinta itu soal rasa, soal hati.
Dan kita nggak bisa memilih perasaan itu akan jatuh kepada siapa.

Prilly jatuh hati pada seorang pria dingin bernama Ali. Sosok paling populer yang sulit terjamah oleh para gadis dari SMA Pertiwi. Bermula dari mimpi, dan tiba-tiba semua menjadi sebuah kenyataan. Ada jalinan asmara antara Prilly dan Ali, namun tanpa diketahui oleh mereka, ada banyak halang melintang di atas hubungan mereka. Bagaimana cara mereka untuk bersatu dan meraih kebahagiaannya? Temukan jawabannya di perjuangan cinta mereka dalam buku ini.

Selamat membaca.
.
.
.
Asal Mula :
Cerita ini dulu hanya sebuah cerita instagram saja, kemudian berpindah ke wattpad. Kisah cinta yang terinspirasi dari hasil menonton film Ali-Prilly dalam ‘GGS’ yang sempat booming pada 2015 lalu. Mendapat respon yang cukup baik juga bagi seluruh pecinta Ali-Prilly. Cerita ini sudah selesai dituliskan hingga ending sebenarnya, tetapi bagi saya kok rasanya tidak cukup, ya? Kok hanya begini saja, seperti ada yang kurang?

Awalnya masih belum terpikir untuk dibukukan, biarkan saja tulisan ini tetap berada di tempatnya (wattpad). Tetapi, pada waktu itu sempat heboh masalah bagi penulis-penulis yang menuliskan ‘cerita vulgar’ menggunakan nama Ali-Prilly. Seorang penulis di wattpad dianggap menyalahgunakan nama mereka, hingga akhirnya banyak penulis wattpad terutama yang terinspirasi dari mereka, dikecam oleh pihak penulis skenario ‘GGS’ yaitu Om Andi Atthira.

Kepanikan pun melanda, karena tulisan saya sempat mengandung unsur vulgar. Itu pun sebenarnya tidak terlalu banyak adegan ‘vulgar’, hanya saja kesalahan saya adalah membuat adegan yang terjadi sebelum pernikahan akan dilangsungkan (dalam cerita). Karena tidak ingin terkena masalah, saya pun akhirnya memutuskan untuk menghapus cerita tersebut dari jajaran wattpad. Beberapa pembaca komplain, tapi saya juga tidak ingin mengambil resiko untuk terkena masalah hukum hanya karena menulis.

Akhirnya, cerita ini saya biarkan mendekam dalam laptop saya saja tanpa saya sentuh sama sekali, bahkan selama setahun. Tapi saya merasa tulisan ini menjadi sia-sia saja. Saya memutar otak untuk membuat cerita ini, tapi kenapa hanya seperti itu saja? Tercetuslah akhirnya ingin membukukan cerita ini. Saya tidak terlalu berpikir apakah cerita ini akan kembali disukai oleh pembaca Ali-Prilly atau tidak. Tapi bagi saya, karya saya jangan sampai terbuang sia-sia dan tidak menjadi apa-apa.

Dengan judul yang sama, cerita yang sedikit diubah pada bagian ending, akhirnya cerita ini menemukan rumahnya. Rafferty mencetak buku perdana saya yang berjudul “Give Me Your Love” pada akhir tahun 2016.